Belajar Agama, Kewajiban yang Acapkali Terabaikan
Banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu. Tapi, sebagian besar dari mereka biasanya hanya memilih belajar ilmu dunia. Meskipun ilmu dunia juga penting tapi mempelajari ilmu agama juga tidak kalah penting. Karena bagaimanapun juga, generasi muslim selain menguasai ilmu agama Islam, juga perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern terkini yang akan menjadi wasilah dalam mencapai kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat.
Di zaman ini salah satu cara berjihad adalah dengan belajar. Belajar agama untuk diri sendiri, keluarga dan agar menjadi diri yang bermanfaat bagi masyarakat/umat, bangsa, negara dan agama.
Sebagian orang tua sangat senang jika anaknya hanya bisa belajar ilmu dunia. Tapi sedikit yang peduli akan pendidikan agama pada anak. Jadilah anak-anak muda saat ini jauh dari Islam, tidak bisa baca Al-Qur’an, ujung-ujungnya gemar maksiat ditambah dengan pergaulan bebas yang tidak karuan dipenuhi dengan narkoba, miras, dll.
Manusia akan menjumpai kerusakan bila generasi muda di dunia ini tidak memahami agama Islam. Untuk itu, sebelum Allah SWT mencabut ilmu agama di dunia dengan cara mewafatkan para ulama, generasi muda diharapkan dapat berperan aktif dan ikut andil dalam berjuang mencari ilmu agama.
Beberapa dalil menjelaskan bahwa belajar agama Islam yang benar sangat penting dalam kehidupan, yaitu:
1. Ilmu Agama sebagai Pondasi Ilmu Dunia
2. Ilmu Agama sebagai Pondasi Karakter pada Anak
Pendidikan ilmu agama yang diberikan kepada anak sejak kecil akan menjadi dasar yang baik atau pondasi yang kuat bagi karakter anak kelak jika mereka telah dewasa.
Anak-anak yang sedari kecil sudah dibekali dengan ilmu agama tentunya sudah bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk sejak kecil pula, sehingga di kala mereka telah dewasa kelak mereka terbiasa untuk berbuat yang baik yang sesuai dengan tuntunan agamanya dan menjauhi perbuatan yang buruk yang dilarang oleh agamanya. Sehingga dengan ilmu agama yang diterapkan pada anak usia sejak dini ini akan menumbuhkan insan-insan muda yang cerdas dan bertakwa.
Hasan al-Bashri Berkata:
"Belajar di Waktu Kecil Bagai Mengukir di Atas Batu".
Maksudnya, bahwa masa kecil itu adalah masa dimana informasi akan direkam ke dalam otak dengan sangat mendalam, seolah-olah kita mengukirnya di atas batu.
Ungkapan ini ternyata dibenarkan oleh banyak ahli pendidikan, bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa bayi di perut ibu sekalipun sudah mulai belajar dan mendengar masukan dari apa yang didengarnya.
3. Berilmu Sebelum Beramal/Beribadah
Setiap amalan atau ibadah memiliki syarat, rukun atau hal-hal lain yang harus terpenuhi. Apabila salah satu syarat tidak terpenuhi maka ibadah kita tidak akan sah. Sedangkan jika rukun ada yang tidak terpenuhi maka ibadah kita akan batal dan harus mengulanginya. Hal-hal semacam ini harus kita perhatikan agar amalan atau ibadah kita diterima oleh Allah SWT.
Seperti halnya dalam berwudhu, wudhu memiliki syarat dan rukun yang harus terpenuhi. Bahkan sebuah dalil menjelaskan jika terdapat anggota tubuh yang tidak terkena air wudhu maka shalatnya tidak sah. Begitu juga dengan ibadah lainnya, seperti shalat, sedekah, zakat dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempelajari ajaran agama Islam yang benar, misalnya cara wudhu, shalat, jihad, dakwah dengan baik dan benar.
Sabda Rasulullah SAW:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ ( رَواهُ الطَّبْرَانِيْ)
"Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Tabrani).
4. Belajar Agama Membawa Kebaikan
Mencari ilmu adalah suatu kebaikan karena hal itu juga tertera dalam dalil. Banyak orang di dunia yang hidup hanya ingin mengumpulkan harta. Bahkan mereka selalu merasa kurang dengan rezeki yang telah diberikan oleh Allah SWT. Namun, harta itu tidak akan bertahan lama. Berbeda dengan ilmu yang kita miliki. Ilmu tersebut tidak akan pernah hilang meskipun kita telah meninggal. Semasa hidup, kita dianjurkan untuk saling berbagi, tidak hanya untuk materi tapi juga untuk ilmu yang kita miliki. Apabila kita membagi ilmu dengan orang lain, maka jika orang tersebut membagi ilmu yang kita berikan pada orang lain lagi maka ilmu itu akan terus menyebar dan membantu banyak orang. Karena hal itulah, kita akan selalu mendapatkan pahala dari ilmu tersebut, meskipun kita sudah tiada. Bahkan sebuah dalil menjelaskan bahwa ilmu merupakan salah satu amalan jariyah atau amalan yang tidak terputus.
Sabda Rasulullah SAW:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga perkara, yaitu: Sedekah Jariyah, Ilmu yang Bermanfaat dan Doa Anak Soleh.” (HR. Muslim).
5. Tidak Ada Alasan Enggan Belajar
Setelah kita mengetahui keutamaan dari belajar ilmu agama, maka tidak ada alasan lagi untuk kita menunda belajar agama. Selain kita belajar ilmu dunia, kita juga harus mengimbanginya dengan belajar ilmu agama. Hal ini dilakukan agar kita memiliki ibadah yang berkualitas. Apabila kita mengabaikan akan ilmu agama ini, maka bisa saja ibadah yang kita jalani selama hidup tidak akan diterima oleh Allah SWT. karena tidak memenuhi syarat sah maupun rukun dari sebuah ibadah, terlebih untuk ibadah wajib.
Imam Asy-Syafi'i Berkata:
"Bila kau tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kau harus sanggup menahan perihnya kebodohan".
6. Menuntut Ilmu tak Kenal Batas Usia
Masa muda hendaklah dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan. Namun, bukan berarti orang yang sudah memasuki usia senja sudah terlepas tanggung jawabnya untuk menuntut ilmu.
Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya seseorang yang usianya sudah 80 tahun. Apakah orang tua itu masih pantas untuk menuntut ilmu? Imam Hasan menjawab, “Jika ia masih pantas hidup.”
Demikianlah hakikat dari menuntut ilmu, ia menjadi ruh bagi kehidupan. Siapa yang menganggap dirinya masih pantas untuk hidup, maka dia mesti belajar dan menambah pengetahuannya. Imam al-Hasan menegaskan, tak ada batasan usia bagi orang yang mau menuntut ilmu.
Tak ada alasan untuk tidak belajar di usia senja. Tidak ada kata terlambat untuk kembali mengkaji ilmu-ilmu Islam. Tak perlu pula merasa malu atau minder karena dianggap terlambat memulai mengkaji Islam. Banyak sekali dalam sejarah Islam dikisahkan, betapa banyak orang-orang yang lanjut usia, tetapi tidak sungkan untuk belajar ilmu agama.
Dunia pendidikan sudah lama mendengungkan istilah long life education (pendidikan seumur hidup). Demikian juga pengakuan negara seperti tertuang dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang penegasan pendidikan seumur hidup yang dikemukakan dalam pasal 10 ayat 1. Padahal, sebenarnya Islam sendiri telah terlebih dahulu mengemukakan istilah ini. Betapa banyak kisah-kisah yang memberi teladan bahwa menuntut ilmu tak kenal batas usia.
Dunia sains abad modern sudah membuktikan, otak manusia masih bisa dipakai dalam waktu ratusan bahkan ribuan tahun. Manusia hanya memakai 10 persen dari otaknya. Ini membuktikan, kapasitas dan daya tampung otak manusia tak pernah penuh. Ia akan bisa dipakai untuk belajar oleh orang yang sudah tua renta berusia ratusan tahun.
Baca Juga:
0 Response to "Belajar Agama, Kewajiban yang Acapkali Terabaikan"
Posting Komentar